ARTIKEL PENULISAN KARYA ILMIAH (Hijab: Kontroversi yang Tak Usai)

 


HIJAB

Kontroversi yang Tak Usai

Oleh: Oktavia Ningrum


Umumnya hijab diartikan sebagai sebuah kain yang melilit di kepala guna menutupi rambut yang ditujukan bagi perempuan muslim. Secara bahasa, hijab berasal dari kata "hajaba" yang diartikan Al-Sitr ( الستر ) alias "tabir". Di era modern seperti sekarang, hijab tidak pernah lepas dengan kontroversi. Sebagian orang terutama kaum feminis memandang kontra pada hijab karena dianggap sebagai bentuk pemaksaan karena dalil yang mewajibkan bagi perempuan baligh yang beragama Islam. Sedangkan, seperti yang kita pahami, tidak ada pemaksaan dalam memeluk suatu agama. Tentunya ketika seseorang telah menjatuhkan keputusan, akan ada konsekuensi atas pilihan tersebut. Para perempuan yang mengenakan hijab juga tidak lepas dari faktor kesadaran diri dan dukungan lingkungan sekitar. 

Dalam realitas kehidupan yang sering kali dijumpai, hijab seolah menjadi faktor penghambat dan terjadinya ketidakadilan terhadap perempuan. Seperti tidak menerima pekerja berhijab, munculnya pandangan radikal tentang hijab, serta sugesti masyarakat tentang hijab adalah bentuk kemunduran karena menunjukkan identitas keagamaan. Karena agama sering kali dianggap pemicu masalah, maka tidak heran di sebagian negara maju dengan paham sekuler sangat menentang hijab. Hal tersebut membuat kesenjangan gender yang terlihat jelas dan semakin berseberangan dengan tujuan hijab yang sebenarnya. Perempuan seolah berada di posisi lemah dan kehilangan otonomi terhadap dirinya sendiri. Tidak sedikit yang memandang Hijab adalah hal aneh. Hijab juga tidak lepas dari keluhan pemakainya seperti gerah, panas,  kurang stylish, masalah rambut (ketombe, lepek, rontok), dan sebagainya. 

Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan cukup sering ditemui perempuan berhijab masih ada pembedaan karena faktor "wearing hijab". Dalih tidak menarik, kuno, dan terbatasi menjadi momok yang tak bisa lepas dari kata “hijab”. Hal tersebut tampaknya menarik simpati para hijabers untuk mulai aktif menunjukkan eksistensinya di mata publik. Munculnya komunitas hijabers di media sosial dan penyebaran dakwah lewat media dengan memanfaatkan skill serta kecanggihan teknologi, lambat laun mulai ramai di media sosial dan menjadi tren tersendiri. 

Kubra Dagli, Halima Aden, dan Stephanie Kurlow adalah salah satu dari sekian banyak perempuan berhijab yang sudah membuktikan jika hijab tidak pernah menghambat kemajuan seseorang. Selain itu, di tahun 2020 ini untuk pertama kalinya seorang hijabers masuk nominasi 100 the most beautifull face versi Tccandler, dia adalah aktris asal Indonesia (Citra Kirana). Disusul oleh Ihssane Benalluch asal Morocco. Hal tersebut seperti menarik peluang pasar dalam mode fashion karena semakin modis dan banyak peminat. Munculnya desainer muslim seperti Veve Zulfikar dan Dian Pelangi semakin mematahkan statement, bahwa hijab adalah kuno. Namun seiring dengan berjalannya waktu, fungsi hijab mulai bergeser. Bukan hanya sebagai penutup dan pelindung, melainkan juga sebagai tren seter fashion. Ramai orang memakai hijab sebagai sebuah ajang kekinian. Dengan macam-macam model terkini, hijab lebih beralih fungsi sebagai sebuah tren dan berbanding terbalik dengan perintah “Yudnīna 'alaihinna min jalābībihinna”. 

Hakikat hijab yang seharusnya sebagai penutup aurat malah membuat aurat semakin terlihat karena terlalu banyak di lilitan di leher dan kepala. Fenomena ini biasa disebut “Jilboobs”. Foto perempuan berhijab bisa ditemui ramai di media sosial dengan ragam bentuk dan tentu saja memicu banyak komentar yang berbeda tentang hijab. Banyaknya komentar negatif, kembali membuat kaum feminis membuka suara dengan mendukung pernyataan kontroversi hukum mengenakan hijab oleh muslimah bukanlah kewajiban melainkan sebuah pilihan dan faktor kebudayaan. 

Pesatnya perkembangan hijab di dunia maya maupun nyata membawa dampak baik dan buruk sekaligus. Selalu ada oknum yang akan mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi maupun golongan. Seperti menggunakan hijab sebagai bentuk keshalehan guna menarik suara publik untuk mendukungnya (pencitraan politik). Selain itu, muncul lagi fenomena cross hijabers yang mana seorang pria terobsesi berpakaian seperti seorang wanita. Tentu hal ini sangat meresahkan, karena bukan hanya menyalahi orientasi sebagai pria, tapi juga mayoritas disalahgunakan untuk media kejahatan seperti pelecehan seksual, pencurian, penipuan, dan lain sebagainya. 

Sampai saat ini, kontroversi hijab di Indonesia masih dipertanyakan walau sudah banyak pendapat dan jawaban yang digunakan untuk menanggapi kontroversi tersebut. Tentunya kontroversi tersebut tak lepas dari faktor perbedaan kepala tidak mungkin mempunyai pemikiran yang sama. 








:::::::::::::::::❤:::::::::::::::::::::::

DAFTAR PUSTAKA

Indarti, Yuhri Inang Prihatina, Imami Arum Tri Rahayu, and Li Hsun Peng. "Understanding the Purchase Behavior of Young Indonesian Hijaber on Fashion Product ." Social Science, Education and Humanities Research 406, (2019): 200-206. Accessed November 1, 2020. 10.2991/assehr.k.200218.032.

Nuroniyah, Wardah. “Dekontruksi Hijab (Kajian Sosio-Historis terhadap Kontruksi Hukum Hijab dalam Islam).” Al-Manāhij IX, no. 2 (2017): 264-276. Accessed November 1, 2020. 10.24090/mnh.v11i2.2017.pp263-280.

Kholid, Muhammad. "Gagal Paham Kaum Feminis tentang Jilbab ." m.hidayatullah.com, Published April 30, 2020. https://m.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2020/04/30/182972/gagal-paham-kaum-feminis-tentang-jilbab.html.

Rahmi, Rina. "Analysis of Factors that Background Aceh Women Using Hijab ." Sunan Kalijaga International Journal on Islamic Educational Research (SKIJIER) 3, no. 1 (2019): 85-86. Accessed October 22, 2020. https://www.researchgate.net/publication/343760841.

Nadia, Asma. Love Sparks in Korea. Indonesia: AsmaNadia Publishing House, 2015.

Hayati, Saifullah Idris, and Tabrani. ZA. "Islam dan Kuasa Seksualitas Perempuan di Indonesia ." YIN YANG: Jurnal Studi Islam, Gender dan Anak 14, no. 1 (2019): 26-27. Accessed October 29, 2020. https://www.researchgate.net/publication/333809279.

Hermansyah, Andi. "Perilaku Pengguna Hijab dalam Mengatasi Masalah Rambut." Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia 5, no. 2 (2018): 93-97. Accessed November 1, 2020. 10.20473/jfiki.v5i22018.93-98.

Fibrianto, Alan Sigit, and Syamsul Bakhri. "Gerakan Sosial Kaum Perempuan Melawan Euphoria Media melalui Komunitas Hijabers di Kota Surakarta." Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender 17, no. 1 (2018): 01-19. Accessed October 28, 2020. 10.24014/marwah.v17i1.4939.

Azizah, Nurul, and Mohammad Armoyu. "Politisasi Hijab Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung." HUMANISMA: Journal of Gender Studies 3, no. 2 (2019): 117. Accessed November 1, 2020. 10.30983/humanisme.v3i2.2412.

Achmad, Dedeh Wahidah. "Alquran dan Para Ulama Salaf ." muslimahnews.com. Published January 20, 2020. https://www.muslimahnews.com/2020/01/20/menggugat-kewajiban-jilbab-berarti-melawan-alquran-dan-para-ulama-salaf/.

Hasanat, Mohammad Waliul, Farzana Afrin Shikha, Ashikul Hoque, Shahanaz Akter, and Abu Bakar Abdul Hamid. "Importance of Hijab Through Social Media Comment ." International Journal of Psychosocial Rehabilitation 24, no. 6 (2020): 5687-5691. Accessed October 27, 2020. 10.37200/IJPR/V24I6/PR260569.

Hasanah, Nur. "Jilbab itu Pilihan, bukan Kewajiban Agama ." Kompasiana, Published May 15, 2019. https://www.kompasiana.com/amp/nurhasanahkannias/5cdb82b13ba7f749ae1463f2/jilbab-itu-pilihan-bukan-kewajiban-agama.

Saprillah, Hamdan Juhannis, Nurman Said, and Hamzah Harun Al-Rasyid. "Kontestasi Keagamaan dalam Masyarakat Muslim Urban." Al-Qalam 26, no. 1 (2020): 39-56. Accessed October 27, 2020. 10.31969/alq.v26i1.844.

Supriyatna, Iwan , and Husna Rahmayunita. "Fenomena Cross Hijabers Viral, ini Komentar MUI ." Suara.com. Published October 17, 2019. https://www.suara.com/news/2019/10/17/083850/fenomena-cross-hijabers-viral-ini-komentar-mui?page=all.

Qibtiyah, Allimatul. "Hijab di Indonesia dan Mengapa Masih Jadi Kontroversi ." Voxpop. The Conversation, Published February 24, 2019. https://voxpop.id/hijab-di-indonesia-dan-mengapa-masih-jadi-kontroversi/.


Komentar

Postingan Populer